FENOMENA PENGEMIS
DAN PERSPEKTIFNYA
DALAM AGAMA ISLAM
( Studi Lapangan Di Derah Pasar
Besar Malang
Dan Sekitarnya )
TUGAS INDIVIDU
Memenuhi sebagian pensyaratan
untuk mengikuti Ujian Akhir Semester
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
DOSEN
PEMBINA
Moh Zaini, S.
Pdi, M. Pdi
........................................................................
Diajukan oleh :
ACHMAD BURHANUDDIN
...................................................................
201010030311031
Nim :
................................
FAKULTAS ILMU
SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
2010
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam
kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat kemurahan-Nya tugas ini dapat
kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “
Fenomena Pengemis Dan Perspektifnya Dalam Agama Islam.” Dimana dizaman yang
semakin modern ini banyak sekali bermunculan pengemis khususnya di kota Malang .
Tugas ini dibuat dalam rangka sebagai syarat untuk
mengikuti ujian akhir semester I mata kuliah pendidikan kewarganegaraan selain itu
juga untuk mengetahui kehidupan pengemis secara lebih jelas.
Dalam proses pembuatan
makalah ini , tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan,
koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya kami sampaikan :
- Moh. Zaini S.Pd, MPd. selaku dosen mata kuliah “ pendidikan
kewarganegaraan”.
- Rekan-rekan mahasiwa yang telah
banyak memberikan masukan dan memberikan dukungan moril kepada
penulis.
Demikian tugas ini saya buat semoga bermanfaat, tentunya dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangan mohon kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sekalian.
Penyusun
Achmad
burhanuddin (201010030311031)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Krisis moneter yang melanda hampir seluruh negara berkembang,
khususnya Negara-negara ASEAN, pada tahun 1997 secara tidak langsung diyakini
telah membawa pengaruh terhadap munculnya masalah-masalah sosial secara masal.
Kekuatan krisis ekonomi itu seakan telah mengguncang dan menggoyahkan kemapanan
dari perekonomian negara-negara yang terletak di wilayah Asia Tenggara,
negara-negara yang selama ini menjadi barometer kemajuan perekonomian
negara-negara di ASEAN seperti Thailand, Malaysia, dan Indonesia ternyata tidak
terhindar dari krisis ini. Di Indonesia krisis ekonomi juga diperburuk dengan
terjadinya krisis multi dimensional yang melanda negara republik ini, krisis
kepercayaan, krisis kepemimpinan, dan “krisis moral” telah menjadi pelengkap
permasalahan, yang seakan-akan menjadikan masalah bangsa ini semakin kompleks.
Distribusi kekayaan dan kesejahteraan masyarakat yang menjadi tidak menentu
akibat krisis ekonomi telah mengakibatkan peningkatan angka kemiskinan yang cukup
signifikan, pendapatan perkapita yang sebelumnya mencapai 1000 dolar AS turun
menjadi 400 dolar AS, jumlah rakyat yang berada di bawah garis kemiskinan pada
tahun 1996 adalah sekitar 22 juta orang maka setelah krisis ekonomi ini
jumlahnya meningkat tajam hingga menjadi 50 juta orang. ( Suara Pembaharuan. 20
Maret 1998)
Tampaknya gepeng ( gelandangan dan pengemis )
tetap menjadi masalah dari tahun ke tahun, baik wilayah penerima(perkotaan)
maupun wilayah pengirim(pedesaan), walaupun upaya-upaya penanggulangannya sudah
dilaksanakan secara terpadu di wilayah penerima dan pengirim. Setiap saat pasti
ada sejumlah gepeng yang kena razia dan dikembalikan ke daerah asal setelah
melalui pembinaan.Sejak tahun 2002, peningkatan Gepeng terhitung sangat tajam.
Hal ini terlihat dari jumlah gepeng dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2009.
1. Tahun 2002 : 85.294
2. Tahun 2004 : 87.356
3. Tahun 2006 : 68.648
4. Tahun 2007 : 61.090
5. Tahun 2008 : 60.226
6. Tahun 2009 : 88.781
Sumber : (http://yanrehsos.depsos.go.id , di akses tanggal
5 Desember 2010)
Sosok pengemis dengan berbagai macam atributnya telah
melahirkan sebuah persepsi kurang menyenangkan baik dari sisi sosial maupun
ekonomi. Fenomena munculnya pengemis diindikasikan karena himpitan ekonomi yang
disebabkan sempitnya lapangan kerja, sumber daya alam yang kurang menguntungkan
dan lemahnya sumber daya manusia (SDM).
Praktek mengemis merupakan masalah sosial, di mana
mereka dianggap telah menyimpang dari nilai dan norma-norma yang berlaku.
Mereka adalah orang sehat dengan kondisi tubuh yang tidak kurang apapun (Bina
Desa, 1987 : 3). Antropolog Parsudi Suparlan (1986; 30) berpendapat bahwa
gelandangan dan pengemis sebagai suatu gejala sosial yang terwujud di perkotaan
dan telah menjadi suatu masalah social karena beberapa alasan. Pertama, di satu
pihak menyangkut kepentingan orang banyak (warga kota ) yang merasa wilayah tempat hidup dan
kegiatan mereka sehari-hari telah dikotori oleh pihak gelandangan, dan dianggap
dapat menimbulkan ketidaknyamanan harta benda. Kedua, menyangkut kepentingan
pemerintah kota ,
di mana pengemis dianggap dapat mengotori jalan-jalan protokol, mempersukar
pengendalian keamanan dan mengganggu ketertiban sosial.
Fenomena ini juga terjadi di kota
Malang tepatnya
berada disekitar Pasar Besar Malang. Jika kita berkunjung Sekitar Pasar besar malang ,maka banyak kita
jumpai pengemis yang sedang beraktivitas mencari uang untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari, ada yang mendatangi kita dan meminta uang , ada juga yang duduk sambil meminta- minta. Mereka mengemis di berbagai tempat sperti di
depan pintu masuk dan di area parkir . Pengemis dewasa ini tidak semata-mata
untuk memenuhi kebutuhan primer saja tetapi sudah merupakan pekerjaan tetap
yang prospek keberadaannya akan berlanju
B.
Rumusan Masalah
Dari realita yang ada seperti yang telah di ungkapkan diatas maka penulis
menekankan rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Faktor- faktor apa saja yang menyebabkan mereka mengemis ?
2.
Bagaimana perspektif agama islam menyikapi pengemis?
3.
Solusi apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi pengemis ?
C.
Tujuan
Tujuan
diadakan penelitian ini adalah :
1. Tujuan Objektif (tujuan
yang menyangkut masalah penelitian) yaitu:
a) Untuk mengetahui
karakteristik factor – factor ang menyebabkan menjadi pengemis
b)
Untuk mengetahui profesi pengemis dalam perspektif agama islam
c)
unTuk mengetahui pandangan agma islam menenai pengemis
2. Tujuan subjektif
(tujuan yang menyangkut kepentingan subjektif peneliti) yaitu:
a) Untuk memperluas
wawasan, pengetahuan dan kemampuan analistis penulis .
b) Untuk mengetahui
kesesuaian teori yang diperoleh dan kenyataan yang terjadi dalam praktik
kehidupan.
c) Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan sebagai syarat mengikuti UAS
D.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a) Dapat memberikan
jawaban terhadap permasalahan yang sedang diteliti.
b) Untuk lebih
mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis, sekaligus untuk
mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.
2. Manfaat Praktis
Dapat
memberikan data dan informasi mengenai factor penyebab menjadi pengemis serta memeberikan solusi alternatife mengenai keberadaan pengemis
yang ada yang nantinya dapat
berguna bagi peneliti selanjutnya dan bagi masyarakat.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Definisi
Pengemis
Pengemis adalah orang-orang yang
mendapat penghasilan meminta-minta di tempat umum dengan berbagai cara dengan
alasan untuk mengharapkan belas kasihan orang lain.( depsos.go.id , diakses 6
desember 2010)
Seharusnya pengemis adalah orang yang benar-benar dalam kesulitan
dan mendesak karena tidak ada bantuan dari lingkungan sekitar dan dia tidak
punya suatu keahlian yang memadai, bukan karena malas untuk mencari mata
pencaharian layak lain
Pengemis adalah seseorang yang tidak mampu mencukupi kebutuhan
hidupnya dan tidak mempunyai pekerjaan yang tetap dan untuk menyambung hidupnya
dengan cara meminta-minta. Ada
beberapa factor yang mendorong seseorang untuk menjadi pengemis. Antara lain
ketidak mampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, cacat
fisik,dan sifat malas yang membuat seseorang tidak melakukan sebuah pekerjaan
namun hanya menggantungkan hidupnya kepada orang lain.
Mengemis adalah hal yang dilakukan oleh seseorang yang
membutuhkan uang, makanan, tempat tinggal atau hal lainnya dari
orang yang mereka temui dengan meminta. Umumnya di kota besar sering terlihat pengemis meminta
uang, makanan atau benda lainnya. Pengemis sering meminta dengan menggunakan
gelas, kotak kecil, topi atau benda lainnya yang dapat dimasukan uang dan
kadang-kadang menggunakan pesan seperti, "Tolong, aku tidak punya
rumah" atau "Tolonglah korban bencana alam ini".
( http://id.wikipedia.org/wiki/Pengemis.
diakses tanggal 6 des 2010 )
Penelitian tentang pengemis oleh Dr. Engkus Kuswarno (Penelitian
Konstruksi Simbolik Pengemis Kota Bandung ) menyebut ada lima ketegori pengemis menurut sebab menjadi
pengemis, yaitu:
1. Pengemis Berpengalaman: lahir karena tradisi. Bagi
pengemis yang lahir karena tradisi, tindakan mengemis adalah sebuah tindakan
kebiasaan. Mereka sulit menghilangkan kebiasaan tersebut karena orientasinya
lebih pada masa lalu (motif sebab).
2. Pengemis kontemporer kontinu tertutup: hidup tanpa alternatif. Bagi kelompok pengemis yang hidup tanpa alternatif pekerjaan lain, tindakan mengemis menjadi satu-satunya pilihan yang harus diambil. Mereka secara kontinyu mengemis, tetapi mereka tidak mempunyai kemampuan untuk dapat hidup dengan bekerja yang akan menjamin hidupnya dan mendapatkan uang.
2. Pengemis kontemporer kontinu tertutup: hidup tanpa alternatif. Bagi kelompok pengemis yang hidup tanpa alternatif pekerjaan lain, tindakan mengemis menjadi satu-satunya pilihan yang harus diambil. Mereka secara kontinyu mengemis, tetapi mereka tidak mempunyai kemampuan untuk dapat hidup dengan bekerja yang akan menjamin hidupnya dan mendapatkan uang.
Dapatkan lanjutan materi ini dengan Klik disini
No comments:
Post a Comment