Sunday, February 10, 2013

“Tasawuf”



v  Pengertian Tasawuf
Pengertian tasawuf berbeda-beda. Hal ini tergantung pada asal katanya. Berdasarkan hal ini maka pengertian tasawuf, didasarkan pada pengertian kata berikut:
·      Shaff yang berarti barisan dalam shalat berjama’ah. Alasannya adalah bahwa seorang sufi mempunyai iman yang kuat, jiwa yang bersih dan selalu memilih shaf terdepan dalam shalat berjama’ah. Demikian juga seorang sufi akan berada pada baris terdepan di hadapan Allah swt.
·      Saufanah yang berarti sejenis buah-buahan kecil berbulu yang banyak tumbuh di gurun pasir Arab Saudi. Alasannya adalah bahwa orang-orang sufi banyak memakai pakaian berbulu dan mereka hidup dalam kesengsaraan pisik tetapi memiliki ketentraman batin.
·      Suffah yang berarti pelana yang dipergunakan sahabat Rasulullah saw, sebagai bantal tidur di atas bangku batu di samping mesjid. Disamping itu ada juga yang mengartikan kamar tidur di samping mesjid Nabawi untuk golongan muhajirin yang hidup miskin.
·      Safwah yang berarti sesuatu yang terpilih atau terbaik. Alasannya adalah bahwasanya orang sufi memandang diri mereka sebagai orang pilihan dan orang yang terbaik.
·      Safa atau safw yang berarti bersih atau suci. Maksudnya adalah bahwa seorang sufi lebih banyak mengarahkan diri pada penyucian batin.
·      Theosofi yang berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata theo yang berarti Tuhan dan sophos yang berti hikmat. Sehingga theosofi maksudnya adalah hikmat Tuhan.
·      Shuf yang berarti wol atau kain bulu kasar. Alasannya adalah bahwasanya orang sufi senang memakai pakaian yang terbuat dari bulu binatang sebagai lambang kemiskinan.
Berdasarkan pengertian tasawuf tersebut, maka defenisi yang mengatakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata shuf yang berarti wol atau kain bulu kasar yang lebih dapat diterima. Pernyataan ini akan semakin jelas jika dihubungkan dengan latar belakang munculnya para sufi dalam dunia Islam yang antara lain disebabkan karena kehidupan para penguasa dan aparatnya yang tenggelam dalam kemewahan dunia. Dalam suasana demikian orang sufi atau zahid berusaha untuk tidak terlibat dalam kehidupan demikian.
Dari segi bahasa tasawuf berarti sikap mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorbann untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana. Sikap yang demikian itu pada hakikatnya adalah akhlak yang mulia
Adapun pengertian tasawuf dari segi istilah atau pendapat para ahli amat bergantung pada sudut pandang yang digunakan masing-masing, jika ditarik kesimpulan maka pengertian tasawuf adalah melatih jiwa dengan berbagai kegiatan yang dapat membebaskan diri dari pengaruh kehidupan dunia, sehingga tercermin akhlak yang mulia dan dekat dengan Alloh SWT. Dengan kata lain tasawuf adalah bidang kegiatan yang berhubungan dengan mental rohaniah agar selalu dekat dengan Tuhan. Inilah hakikat tasawuf.

v Sumber Tasawuf

·      Unsur Islam
Secara umum ajaran islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan jasadiah, dan kehidupan yang bersifat batiniah. Pada unsur batiniah itulah kemudian lahirlah tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapar perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran islam, Al-Qur’an dan Al-Hadits serta prkatek kehidupan nabi dan para sahabatnya.
·      Unsur Luar Islam
unsur luar Islam yang mempengaruhi tasawuf Islam itu merupakan masalah akademik bukan masalah aqidah Islamiah. Karenanya boleh diterima dengan sikap yang sangat kritis dan objekyif.
Unsur-unsur luar Islam yang mempengaruhi tasawuf Islam itu selanjutnya akan dijelaskan sebagai berikut:
 a.    Unsur Masehi
Unsur-unsur tasawuf yang diduga mempengaruhi tasawuf Islam adalah sikap fakir. Menurut keyakinan Nasrani bahwa Isa bin Maryam adalah seorang yang fakir, dan Injil juga disampaikan kepada orang yang fakir. Isa berkata :” Beruntunglah kamu orang-orang miskin, karena bagi kamu lah kerajaan Alloh. Beruntung lah kamu orang-orang yang lapar karena kamu akan kenyang.” Selanjutnya sikap tawakal kepada Allah dalam soal penghidupan terlihat pada, peranan syaikh yang menyerupai pendeta, bedanya pendeta dapat menghapus dosa, selibasi, yaitu menahan diri tidak kawin karena kawin di anggap dapat mengalihkan perhatian dari Kholiq, dan penyaksian, dimana sufi dapat menyaksikan hakikat Allah dan mengadakan hubungan dangam Allah.
 b.    Unsur Yunani
Kebudayaan Yunani yaitu filsafatnya telah masuk pada dunia dimana perkembangannya dimulai pada akhir Daulah Umayah dan puncaknya pada Daulah Abbasiyah, metode berpikir filsafat Yunani ini juga telah ikut mempengaruhi pola berpkir sebagian orang Islam yang ingin berhubungan dengan Tuhan. Kalau pada bagian uraian dimulai perkembangan Tasawuf ini baru dalam taraf amaliah (akhlak) dalam pengaruh filsafat Yunani ini maka uraian-uraian tentang tasawuf itu pun telah berubah menjadi tasawuf filsafat.
Ungkapan Neo Platonis : “kenal lah dirimu dengan dirimu” diambil oleh para sufi dan diantara sufi berkata : “siapa yang mengenal dirinya maka dia mengenal Tuhannya”.


 c.    Unsur Hindu/Budha
Antara tasawuf dan sistem kepercayaan agama Hindu dapat dilihat adanya hubungan seperti sikap fakir, darwisy. Al-Birawi mencatat bahwa ada persamaan antara cara ibadah dan mujahadah antara tasawuf dan Hindu. Kenudian pula paham reinkarnasi (perpindahan roh dari satu badan ke badan yang lain), cara kelepasan dari dunia versi Hindu/Budha dengan persatuan diri dengan mengingat Allah. Salah satu maqomat Sufiah al-fana tampaknya ada persamaan dengan ajaran tentang Nirwana dalam agama Hindu
 d.    Unsur Persia
 Sebenarnya antara Arab dan Persia itu sudah ada hubungan sejak lama yaitu hubungan dalam bidang politik, pemikiran, kemasyrakatan dan sastra. Akan tetpai belum ditemukan dalil yang kuat yang menyatakan bahwa kehidupan rohani Persia telah masuk ke tanah Arab. Yang jelas adalah bahwa kehidupan kerohanian Arab masuk ke Persia itu terjadi melalui ahli-ahlitasawuf di dunia ini. Namun barang kali ada persamaan antara istilah zuhd di Arab dengan istilah zuhd menurut agama Manu dan Mazdaq dan hakikat Muhammad menyerupai paham Harmuz (Tuhan Kebaikan) dalam agama Zarathustra.
v Tingkatan  keimanan dalam tasawuf, yang meliputi:
1)      Maqom Taubat ( arabic: التوبة ), yaitu meninggalkan dan tidak mengulangi lagi perbuatan dosa yang pernah dilakukan demi menjunjung ajaran Allah dan menyingkiri murka-Nya ( Imam al- Ghozali)
2)      Maqom Waro’, menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu, dalam rangka menjunjung tinggi perintah Allah.
3)      Maqom Zuhud ( زاهد ), lepasnya pandangan keduniawian dan usaha memperoleh keduniawian dari seorang yang sebenarnya mampu untuk memperolehnya.
4)      Maqom Shobar ( الصبر ), ketabahan dalam menghadapi dorongan hawa nafsu (Imam al-Ghozali),
5)      Maqom Faqir ( فقير ), Tenang dan tabah diwaktu susah dan memprioritaskan orang lain di kala sedang  berada ( Syaikh Abu Hasan al-Nuruy
6)      Maqom Syukur ( شكر ), pengakuan terhadap kenikmatan, tindakan badan untuk mengabdi kepada Allah dan ketetapan hati untuk selalu menyingkiri yang haram,
7)      Maqom Khauf, Rasa ketakutan dalam menghadapi siksa Allah atau tidak tercapainya kenikmatan dari Allah
8)       Maqom Roja’, Rasa gembira hati karena mengetahui adanya kemurahan dari dzat yang menjadi tumpuan harapannya
9)      Maqom Tawakal, sikap hati yang bergantung pada Allah dalam menghadapi sesuatu yang disukai, dibenci, diharapkan atau ditakuti kalau terjadi dan bukan menggantungkannya pada suatu sebab, sebab satu-satunya adalah Allah(al-Muhasibi).
10)  Maqom Ridho, Rasa puas hati dalam menerima nasib yang pahit (Abul Hassan al-Nuri),

No comments:

Post a Comment