Tuesday, June 25, 2013

FENOMENA PENGEMIS DAN PERSPEKTIFNYA DALAM AGAMA ISLAM

FENOMENA PENGEMIS
DAN PERSPEKTIFNYA DALAM AGAMA ISLAM
( Studi Lapangan Di Derah Pasar Besar Malang Dan Sekitarnya )


TUGAS INDIVIDU

Memenuhi sebagian pensyaratan
untuk mengikuti Ujian Akhir Semester

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL


DOSEN PEMBINA
Moh Zaini, S. Pdi, M. Pdi
........................................................................






Diajukan oleh :
ACHMAD BURHANUDDIN
...................................................................
     201010030311031
Nim : ................................


FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2010


KATA PENGANTAR


       Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Pemurah,  karena berkat kemurahan-Nya tugas ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “ Fenomena Pengemis Dan Perspektifnya Dalam Agama Islam.” Dimana dizaman yang semakin modern ini banyak sekali bermunculan pengemis khususnya di kota Malang.

       Tugas  ini dibuat dalam rangka sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir semester I mata kuliah pendidikan kewarganegaraan selain itu juga untuk mengetahui kehidupan pengemis secara lebih jelas.

Dalam  proses pembuatan makalah ini  ,  tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih yang dalam-dalamnya  kami sampaikan :
  • Moh. Zaini S.Pd, MPd.  selaku dosen mata kuliah “ pendidikan kewarganegaraan”.
  • Rekan-rekan mahasiwa yang telah banyak  memberikan masukan  dan memberikan dukungan moril kepada penulis.

Demikian tugas ini saya buat semoga bermanfaat, tentunya dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan mohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian.

                                                                                                Malang , Januari  2011
                                                                                                          Penyusun


Achmad burhanuddin (201010030311031)



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Krisis moneter yang melanda hampir seluruh negara berkembang, khususnya Negara-negara ASEAN, pada tahun 1997 secara tidak langsung diyakini telah membawa pengaruh terhadap munculnya masalah-masalah sosial secara masal. Kekuatan krisis ekonomi itu seakan telah mengguncang dan menggoyahkan kemapanan dari perekonomian negara-negara yang terletak di wilayah Asia Tenggara, negara-negara yang selama ini menjadi barometer kemajuan perekonomian negara-negara di ASEAN seperti Thailand, Malaysia, dan Indonesia ternyata tidak terhindar dari krisis ini. Di Indonesia krisis ekonomi juga diperburuk dengan terjadinya krisis multi dimensional yang melanda negara republik ini, krisis kepercayaan, krisis kepemimpinan, dan “krisis moral” telah menjadi pelengkap permasalahan, yang seakan-akan menjadikan masalah bangsa ini semakin kompleks. Distribusi kekayaan dan kesejahteraan masyarakat yang menjadi tidak menentu akibat krisis ekonomi telah mengakibatkan peningkatan angka kemiskinan yang cukup signifikan, pendapatan perkapita yang sebelumnya mencapai 1000 dolar AS turun menjadi 400 dolar AS, jumlah rakyat yang berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 1996 adalah sekitar 22 juta orang maka setelah krisis ekonomi ini jumlahnya meningkat tajam hingga menjadi 50 juta orang. ( Suara Pembaharuan. 20 Maret 1998)

Indonesia merupakan negara berkembang yang identik dengan kemiskinan baik di kota maupun di desa. Di setiap kota, pasti ada daerah yang perumahannya berhimpitan satu dengan yang lain, banyaknya pengamen, pengemis, anak jalanan dan masih banyak lagi keadaan yang dapat menggambarkan masyarakat miskin perkotaan, bahkan di malam hari banyak orang-orang yang tidur di pinggir jalan. Kondisi demikian sangat Memprihatinkan dan  harus segera diatasi. Banyak cara telah dilakukan baik oleh lembaga pemerintah maupun non pemerintah dan juga individu-individu pemerhati kemiskinan dan permasalahannya untuk mengatasinya seperti transmigrasi penduduk dari daerah padat ke daerah yang masih jarang penduduknya, penanggulangan bertambahnya penduduk dengan program Keluarga Berencana (KB), dan lain-lain. Semua itu ternyata belum berhasil, dan bahkan pemerintah terkesan tidak serius dalam menghadapi fenomena tersebut. Semua itu berdasarkan pada kenyataan di lapangan memang fenomena itu tidak berkurang tetapi justru semakin banyak.
Tampaknya gepeng ( gelandangan dan pengemis ) tetap menjadi masalah dari tahun ke tahun, baik wilayah penerima(perkotaan) maupun wilayah pengirim(pedesaan), walaupun upaya-upaya penanggulangannya sudah dilaksanakan secara terpadu di wilayah penerima dan pengirim. Setiap saat pasti ada sejumlah gepeng yang kena razia dan dikembalikan ke daerah asal setelah melalui pembinaan.Sejak tahun 2002, peningkatan Gepeng terhitung sangat tajam. Hal ini terlihat dari jumlah gepeng dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2009.
1. Tahun 2002      : 85.294
2. Tahun 2004      : 87.356
3. Tahun 2006      : 68.648
4. Tahun 2007      : 61.090
5. Tahun 2008      : 60.226
6. Tahun 2009      : 88.781
Sumber : (http://yanrehsos.depsos.go.id , di akses tanggal 5 Desember 2010)

Sosok pengemis dengan berbagai macam atributnya telah melahirkan sebuah persepsi kurang menyenangkan baik dari sisi sosial maupun ekonomi. Fenomena munculnya pengemis diindikasikan karena himpitan ekonomi yang disebabkan sempitnya lapangan kerja, sumber daya alam yang kurang menguntungkan dan lemahnya sumber daya manusia (SDM).

Praktek mengemis merupakan masalah sosial, di mana mereka dianggap telah menyimpang dari nilai dan norma-norma yang berlaku. Mereka adalah orang sehat dengan kondisi tubuh yang tidak kurang apapun (Bina Desa, 1987 : 3). Antropolog Parsudi Suparlan (1986; 30) berpendapat bahwa gelandangan dan pengemis sebagai suatu gejala sosial yang terwujud di perkotaan dan telah menjadi suatu masalah social karena beberapa alasan. Pertama, di satu pihak menyangkut kepentingan orang banyak (warga kota) yang merasa wilayah tempat hidup dan kegiatan mereka sehari-hari telah dikotori oleh pihak gelandangan, dan dianggap dapat menimbulkan ketidaknyamanan harta benda. Kedua, menyangkut kepentingan pemerintah kota, di mana pengemis dianggap dapat mengotori jalan-jalan protokol, mempersukar pengendalian keamanan dan mengganggu ketertiban sosial.

Fenomena ini juga terjadi di kota Malang tepatnya berada disekitar Pasar Besar Malang. Jika kita berkunjung Sekitar Pasar besar malang,maka banyak kita jumpai pengemis yang sedang beraktivitas mencari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ada yang mendatangi kita dan meminta uang , ada  juga yang duduk sambil meminta- minta.  Mereka mengemis di berbagai tempat sperti di depan pintu masuk dan di area parkir . Pengemis dewasa ini tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan primer saja tetapi sudah merupakan pekerjaan tetap yang prospek keberadaannya akan berlanju 
B.     Rumusan Masalah

Dari realita yang ada seperti yang telah di ungkapkan diatas maka penulis menekankan rumusan masalah sebagai berikut :

1.      Faktor- faktor apa saja yang menyebabkan mereka mengemis ?
2.      Bagaimana perspektif agama islam menyikapi pengemis?
3.      Solusi apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi pengemis ?


C.    Tujuan

Tujuan diadakan penelitian ini adalah :

1. Tujuan Objektif (tujuan yang menyangkut masalah penelitian) yaitu:

a) Untuk mengetahui karakteristik factor – factor ang menyebabkan menjadi      pengemis
b) Untuk mengetahui profesi pengemis dalam perspektif agama islam
c) unTuk mengetahui pandangan agma islam menenai pengemis

2. Tujuan subjektif (tujuan yang menyangkut kepentingan subjektif peneliti) yaitu:

a) Untuk memperluas wawasan, pengetahuan dan kemampuan analistis penulis .
b) Untuk mengetahui kesesuaian teori yang diperoleh dan kenyataan yang terjadi dalam praktik kehidupan.

c) Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah pendidikan kewarganegaraan sebagai syarat mengikuti UAS



D.    Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a) Dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang sedang diteliti.

b) Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis, sekaligus untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh.


      2. Manfaat Praktis

            Dapat memberikan data dan informasi mengenai factor penyebab menjadi pengemis serta memeberikan solusi alternatife mengenai keberadaan pengemis yang ada  yang nantinya dapat berguna bagi peneliti selanjutnya dan bagi masyarakat.
  

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Definisi Pengemis
Pengemis adalah orang-orang yang mendapat penghasilan meminta-minta di tempat umum dengan berbagai cara dengan alasan untuk mengharapkan belas kasihan orang lain.( depsos.go.id , diakses 6 desember 2010)
Seharusnya pengemis adalah orang yang benar-benar dalam kesulitan dan mendesak karena tidak ada bantuan dari lingkungan sekitar dan dia tidak punya suatu keahlian yang memadai, bukan karena malas untuk mencari mata pencaharian layak lain
Pengemis adalah seseorang yang tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya dan tidak mempunyai pekerjaan yang tetap dan untuk menyambung hidupnya dengan cara meminta-minta. Ada beberapa factor yang mendorong seseorang untuk menjadi pengemis. Antara lain ketidak mampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, cacat fisik,dan sifat malas yang membuat seseorang tidak melakukan sebuah pekerjaan namun hanya menggantungkan hidupnya kepada orang lain.
Mengemis adalah hal yang dilakukan oleh seseorang yang membutuhkan uang, makanan, tempat tinggal atau hal lainnya dari orang yang mereka temui dengan meminta. Umumnya di kota besar sering terlihat pengemis meminta uang, makanan atau benda lainnya. Pengemis sering meminta dengan menggunakan gelas, kotak kecil, topi atau benda lainnya yang dapat dimasukan uang dan kadang-kadang menggunakan pesan seperti, "Tolong, aku tidak punya rumah" atau "Tolonglah korban bencana alam ini".
( http://id.wikipedia.org/wiki/Pengemis. diakses tanggal 6 des 2010 )
Penelitian tentang pengemis oleh Dr. Engkus Kuswarno (Penelitian Konstruksi Simbolik Pengemis Kota Bandung ) menyebut ada lima ketegori pengemis menurut sebab menjadi pengemis, yaitu:

1. Pengemis Berpengalaman: lahir karena tradisi. Bagi pengemis yang lahir karena tradisi, tindakan mengemis adalah sebuah tindakan kebiasaan. Mereka sulit menghilangkan kebiasaan tersebut karena orientasinya lebih pada masa lalu (motif sebab).

2. Pengemis kontemporer kontinu tertutup: hidup tanpa alternatif. Bagi kelompok pengemis yang hidup tanpa alternatif pekerjaan lain, tindakan mengemis menjadi satu-satunya pilihan yang harus diambil. Mereka secara kontinyu mengemis, tetapi mereka tidak mempunyai kemampuan untuk dapat hidup dengan bekerja yang akan menjamin hidupnya dan mendapatkan uang.

Dapatkan lanjutan materi ini dengan Klik disini

No comments:

Post a Comment